Hari ini, gue mau nulis satu fakta yang baru aja gue tau tadi tentang idola gue Raditya dika.
#RadityaDika Facts
Apalah arti sebuah nama? Sebener-benernya, menurut gue, nama seseorang itu berpengaruh. Katakanlah gini, ada seorang cowok lagi di mall, terus ada dua cewek ngajak kenalan. Mereka level cantiknya sama, sosial ekonominya
Apalah arti sebuah nama? Sebener-benernya, menurut gue, nama seseorang itu berpengaruh. Katakanlah gini, ada seorang cowok lagi di mall, terus ada dua cewek ngajak kenalan. Mereka level cantiknya sama, sosial ekonominya
sama, semuanya sama, tapi yang satu namanya Maemonah dan yang satu lagi namanya Vira. Pasti kalau berlangsung ke kegiatan menggebet, si cowok lebih milih yang Vira, bukan? Kecuali kalau nama panjang Vira itu Vira Bokerdikali.
Lucunya, nama gue yang sebenarnya bukan Raditya Dika. Gue terlahir sebagai Dika Angkasaputra Moerwani. Perubahan nama ini terjadi ketika gue kelas 4 SD. Saat itu, tanpa ada pertanda apa pun, gue bilang ke nyokap, “Ma, aku pengen ganti nama.” Nyokap gue bilang, “Mau jadi apa namanya?” seolah-olah ganti nama adalah sesuatu yang lazim dilakukan oleh anak kecil. Setelah bepikir cukup lama, karena kedengerannya keren, terpilihlah nama “Raditya”. Jadi, mulai kelas 4 SD, nama gue secara (tidak) resmi menjadi Raditya Dika.
Lucunya, begitu gue mau ujian nasional kelulusan SD, gue diminta sekolah untuk menuliskan nama gue. Gue tulis nama gue di lembar formulir yang diberikan sekolah jadi “Raditya Dika”, bukan nama terlahir gue. Eh, sekolah engga cross-check sama akte kelahiran, jadilah nama gue di ijazah SD menjadi Raditya Dika.
Begonya, pas masuk SMP, pihak SMP engga ngikutin nama di akte kelahiran, tapi nama di ijazah SD. Gue terdaftar di SMP Tarakanita I sebagai Raditya Dika. Semenjak saat itu, dalam kehidupan pendidikan gue, nama Dika Angkasaputra Moerwani pun berganti dengan Raditya Dika. Ijazah SMP juga memakai nama “Raditya Dika”, orang-orang mulai manggil gue “Radith”, bukannya “Dika” lagi. And so on. Pas umur 17, karena kelurahan gak ngecek, KTP gue pun namanya jadi Raditya Dika. SIM, karena ngikutin KTP, juga make nama itu.
Masalah baru timbul pas gue mau kuliah ke luar negeri. Ketika itu, mereka meminta akte kelahiran gue dan mencocokannya sama ijazah SMA. Nah lho, kok gak sama? Pasport, karena make akte kelahiran, jadi masalah. Tiket pesawat yang gue pesen ke sana juga atas nama Raditya Dika, bukan nama terlahir gue. Itu juga menjadi masalah. Akhirnya, pihak imigrasi membuatkan gue nama alias. Jadinya, di halaman kedua pasport gue ada tulisan: “The bearer of this passport is also know as Raditya Dika” yang disahkan oleh kepala imigrasi. Heboh. Gue berasa agen rahasia di negara-negara bule yang punya nama alias.
Setelah gue pikir-pikir, ternyata gue cukup heboh juga pake acara ganti nama segala. Tapi, gue cukup beruntung dibandingin temennya temen gue yang namanya ASU (ini beneran). Katanya, nama adiknya malah DAPUR. Gue curiga jangan-jangan bapaknya namanya KONDOM. Huhuhuhu.
- Raditya Dika, Komika.
Lucunya, nama gue yang sebenarnya bukan Raditya Dika. Gue terlahir sebagai Dika Angkasaputra Moerwani. Perubahan nama ini terjadi ketika gue kelas 4 SD. Saat itu, tanpa ada pertanda apa pun, gue bilang ke nyokap, “Ma, aku pengen ganti nama.” Nyokap gue bilang, “Mau jadi apa namanya?” seolah-olah ganti nama adalah sesuatu yang lazim dilakukan oleh anak kecil. Setelah bepikir cukup lama, karena kedengerannya keren, terpilihlah nama “Raditya”. Jadi, mulai kelas 4 SD, nama gue secara (tidak) resmi menjadi Raditya Dika.
Lucunya, begitu gue mau ujian nasional kelulusan SD, gue diminta sekolah untuk menuliskan nama gue. Gue tulis nama gue di lembar formulir yang diberikan sekolah jadi “Raditya Dika”, bukan nama terlahir gue. Eh, sekolah engga cross-check sama akte kelahiran, jadilah nama gue di ijazah SD menjadi Raditya Dika.
Begonya, pas masuk SMP, pihak SMP engga ngikutin nama di akte kelahiran, tapi nama di ijazah SD. Gue terdaftar di SMP Tarakanita I sebagai Raditya Dika. Semenjak saat itu, dalam kehidupan pendidikan gue, nama Dika Angkasaputra Moerwani pun berganti dengan Raditya Dika. Ijazah SMP juga memakai nama “Raditya Dika”, orang-orang mulai manggil gue “Radith”, bukannya “Dika” lagi. And so on. Pas umur 17, karena kelurahan gak ngecek, KTP gue pun namanya jadi Raditya Dika. SIM, karena ngikutin KTP, juga make nama itu.
Masalah baru timbul pas gue mau kuliah ke luar negeri. Ketika itu, mereka meminta akte kelahiran gue dan mencocokannya sama ijazah SMA. Nah lho, kok gak sama? Pasport, karena make akte kelahiran, jadi masalah. Tiket pesawat yang gue pesen ke sana juga atas nama Raditya Dika, bukan nama terlahir gue. Itu juga menjadi masalah. Akhirnya, pihak imigrasi membuatkan gue nama alias. Jadinya, di halaman kedua pasport gue ada tulisan: “The bearer of this passport is also know as Raditya Dika” yang disahkan oleh kepala imigrasi. Heboh. Gue berasa agen rahasia di negara-negara bule yang punya nama alias.
Setelah gue pikir-pikir, ternyata gue cukup heboh juga pake acara ganti nama segala. Tapi, gue cukup beruntung dibandingin temennya temen gue yang namanya ASU (ini beneran). Katanya, nama adiknya malah DAPUR. Gue curiga jangan-jangan bapaknya namanya KONDOM. Huhuhuhu.
- Raditya Dika, Komika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar